Perancangan Gedung 2 (Tugas Perancangan Bab 2)


BAB II
PELAKSANAAN BANGUNAN

Pada bab ini membahas mengenai metode pelaksanaan pekerjaan Proyek Pembangunan Pertokoan Dua Lantai yang dilaksanakan di Jln. Sigura-gura 99 Malang yang meliputi pekerjaan persiapan (site preparation), site installation dan metode konstruksi.

A.    Pekerjaan Persiapan ( Site preparation )
Pelaksanaan pekerjaan ini diawali dengan diterimanya Surat Perintah Kerja (SPK) dari pimpinan proyek kepada kontraktor. Tahap awal yang harus dilakukan oleh kontraktor adalah melakukan pemantapan lokasi dimana bangunan itu akan dilakukan pengerjaan tahap berikutnya yakni, bersama-sama Pemilik Bangunan dan Pengawas Lapangan menuju lokasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung informasi teknis dan kelancaran pelaksanaan di lapangan. Selain itu juga perlunya investigasi terhadap tapak bangunan ( site infestigasion ) sebagai pendukung informasi teknis yang belum atau tidak termuat di dalam penjabaran RKS oleh pihak perencana. Sehingga kontraktor dapat menyesuaikan kondisi riil di lapangan dengan metode ataupun teknik pekerjaan yang akan dilakukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan proyek. Sebagai pendahuluan dalam pelaksanaan awal pekerjaan, kontraktor atau pemborong memberikan surat pemberitahuan kepada pemberi tugas atau owner dengan melampirkan: daftar nama-nama petugas teknisi atau pekerja lapangan sebagai pelaksana bangunan dengan dilengkapi alamat,(melampirkan KTP, latar belakang pendidikan dan lain-lain). Hal tersebut dimaksudkan dalam rangka untuk meningkatkan sistem pengawasan dan keamanan pelaksanaan. Dan selanjutnya sebelum pemborong memulai pekerjaan maka pemimpin perusahaan harus membuat surat pemberitahuan kepada pemberi tugas/user, dinas kimpraswil daerah setempat dan kepada konsultan pengawas.
Site preparation merupakan pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan proyek.  Kegiatan ini dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan proyek agar bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pekerjaan persiapan Proyek Pembangunan Pertokoan ini meliputi:
1.      Pekerjaan Pembersihan
Kontraktor wajib melaksanaan pekerjaan pembersihan di sekitar lokasi proyek, dari tanaman, sisa-sisa bongkaran serta material lain yang dirasa dapat mengganggu jalannya pekerjaan yang ada di lokasi dan bilamana perlu dilakukan cut dan fill untuk medan tanah yang tidak rata. Dalam melaksanakan pekerjaan pembersihan, kontraktor wajib melaporkan terlebih dahulu kepada direksi proyek tentang bagian yang akan dibersihkan untuk mendapatkan persetujuan.
2.      Pekerjaan Pengukuran
Tujuan pengukuran adalah mengetahui keadaan sebenarnya serta berfungsi untuk mengontrol apakah gambar rencana yang disiapkan sesuai pada lahan tersebut. Dan untuk pekerjaan pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat penyipat datar yang diharapkan untuk memperkecil tingkat kesalahan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan dua macam pengukuran yaitu:
a.       Pengukuran datar (Elevasi Datar)
Pengukuran datar (Elevasi Datar) bertujuan untuk menentukan apakah bangunan yang akan dikerjakan sejajar dan tegak lurus dengan jalan.


b.      Pengukuran Tegak (Elevasi Tegak)
Pengukuran Tegak (Elevasi Tegak) bertujuan untuk menentukan duga bangunan dengan berpedoman pada duga muka jalan yaitu diambil 30 cm dari duga muka jalan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø  Sediakan selang plastik yang tembus pandang dengan diameter ½ ” dim, panjang sesuai dengan kebutuhan, kemudian selang diisi air kalau memungkinkan airnya berwarna agar mudah terlihat.
Ø  Sediakan patok minimal 2 buah dengan tinggi minimal 1,5 meter (setinggi orang berdiri).
Ø  Setelah alat-alat disediakan dimulai dengan menaruh patok pada As jalan dan dibuat garis setinggi 130 cm pada patok agar garis tersebut mudah dilihat dengan posisi berdiri.
Ø  Dirikan patok yang kedua pada tepi bangunan atau kalau ada pohon di tepi jalan/ bangunan atau dengan perantara bangunan lain yang sudah ada atau menggunakan perantara pagar jalan.
Ø  Kemudian hasil pengukuran tersebut dipindahkan ke bowplank bangunan lalu tingginya dikurangi 100 cm, dengan demikian ditemukan duga sisi atas bowplank bangunan yang dibutuhkan. Sebelum bowplank dipasang sebaiknya dga yang sudah ditentukan tadi ditempatkan ditengah-tengah bangunan dengan memasang patok yang kuat/ pasangan batu merah setinggi duga bangunan yang diinginkan agar duga tersebut tidak akan berubah pada saat pelaksanaan bangunan.
3.      Pemasangan Bowplank
Setelah pengukuran selesai dilanjutkan dengan pemasangan bowplank. Bowplank adalah alat bantu untuk pengukuran pelaksanaan bangunan baik untuk pengukuran datar maupun tegak. Bowplank dibuat dari patok-patok kayu dan diletakkan minimal 2 meter dari galian terluar mengarah/sepanjang keliling bangunan dan dibagian atas patok dengan patok lain dihubungkan dengan papan kayu yang memiliki ketinggian yang sama/sejajar. Biasanya duga bowplank/tinggi sisi atas papan bowplank merupakan pil/ duga + 0,00 = duga muka lantai satu. Pada  bowplank tercantum as jarak antar kolom dan tinggi bowplank digunakan untuk menentukan ketinggian dari titik duga. Pemasangan bowplank harus betul-betul datar untuk menghindari terjadinya perbedaan tinggi dalam proses pembangunan, untuk itu dalam pelaksanaan pemasangan bowpalnk menggunakan alat yang namanya waterpass. Letak bowplank dari bangunan yang direncanakan 2 m sehingga pada saat penggalian tempat pondasi pancang kayu bowplank tidak terkena galian tersebut.
4.      Mengadakan Pengamanan Lokasi Dari Segala Gangguan
Pengamanan lokasi dilakukan dengan membuat pagar pengaman yang terbuat dari seng gelombang, dipasang melingkari area proyek menutup lokasi pekerjaan dan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan rutin.
Tujuan pemagaran ini adalah:
a.       Untuk mencegah pencurian.
b.      Pengerusakan terhadap barang dan material yang ada di lokasi proyek.
c.       Mempermudah pengawasan dan pengontrolan baik pekerja, tamu maupun material yang keluar dan masuk dalam lokasi proyek.
d.      Memberi batas antara lokasi proyek dengan lingkungan sekitarnya agar proyek ini tidak mengganggu atau terganggu oleh aktivitas lain.
                                          
Gambar 2.1 Pagar Pengaman
5.      Pekerjaan Pemeriksaan /Pengecekan
Pemeriksaan dan pemeliharaan tugu patok dasar yang digunakan sebagai referensi ketinggian permukaan yang telah ada di lapangan. Mengecek ulang ketinggian permukaan lantai struktur, Pengecekan as-as kolom bangunan, bukaan atau lubang yang terdapat pada bangunan, dan pengecekan lainnya yang dapat mempengaruhi pekerjaan penyelesaian arsitektur dan Mekanikal Elektrical dikemudian hari, juga untuk mengetahui bila ada ketidaksesuaian antara ukuran dilapangan dengan yang terdapat pada gambar kerja, sehingga kontraktor bisa memberitahukan pada Direksi proyek agar mendapatkan cara penyelesaian yang baik.
6.      Mengadakan Komunikasi Dengan Instansi Terkait
Pengadaan komunikasi dengan instansi terkait dalam pembangunan proyek ini sangat penting sekali.  Terkait dengan penerangan, arus listrik di lokasi proyek didapat dari jaringan listrik PLN sehingga perlu pendaftaran pelanggan dengan pihak terkait yaitu melalui ijin KIR instalasi listrik dari PLN, tanda bukti KIR diserahkan kepada pemberi tugas pada saat penyerahan pekerjaan tahap I. Selain itu juga mengadakan pendaftaran perusahaan ke instansi asuransi dan pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan rekomendasi bagi karyawan apabila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kerja.
7.      Pengadaan Koordinasi, Administrasi, dan Dokumentasi
Sebelum pekerjaan dimulai, maka Kontraktor mengadakan persiapan ijin dan berkoordinasi dengan Pihak Proyek dan Konsultan Pengawas.  Selain itu dilakukan pengambilan foto keadaan proyek yang
menggambarkan akan kemajuan proyek sebagai prasyarat disaat permintaan pembayaran. Foto diambil pada saat sebelum memulai pekerjaan (0%), saat pekerjaan mencapai (50%) atau  setiap permintaan pembayaran, setelah pekerjaan selesai seluruhnya (100%) juga pada waktu pekerjaan tertentu yang dianggap perlu oleh pengawas. Foto diambil dari keempat sisi pengambilan, foto harus berwarna  dan tidak mengkilap (dop) diserahkan kepada direksi masing-masing rangkap 3 ukuran kartu pos      (8 cm x 12 cm) dalam sebuah album dengan biaya ditanggung kontraktor.
8.      Pengadaan Material
Kontraktor wajib untuk memenuhi persyaratan terhadap ketentuan spesifikasi bahan yang tercantum dalam dokumen pelaksanaan (RKS).  Dalam pengadaan bahan, maka Kontraktor wajib mengajukan contoh kepada Direksi, perihal bahan yang akan didatangkan di lapangan untuk mendapatkan pemeriksaan terhadap kesesuaian dengan dokumen pelaksanaan  yang selanjutnya akan disetujui oleh Direksi. Pembongkaran dan penempatan material harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi proyek.
9.      Pengadaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan harus terdiri dari tenaga terampil, baik tenaga pelaksanaan mandor sampai ke tukang. Untuk mempermudah pengontrolan dan koordinasi pelaksanaan kerja dalam melaksanakan pekerjaan, ada seorang mandor yang memimpin setiap jenis pekerjaan dan bertanggung jawab kepada Site Manager. Sedangkan untuk pekerjaan yang berat dan membutuhkan waktu cepat maka seorang tukang dapat dibantu oleh beberapa orang pembantu sesuai dengan kecepatan pekerjaan yang diperlukan, agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu.
10.  Pengadaan Peralatan
Peralatan kerja merupakan peralatan mekanis yang minimal harus dimiliki dan digunakan di lapangan oleh Kontraktor dalam kondisi layak untuk dipakai dan memenuhi syarat keamanan yang ditentukan.  Peralatan
yang dipakai misalnya molen, peralatan untuk pekerjaan pengukuran, pekerjaan beton, pekerjaan kayu, pekerjaan baja, pekerjaan keramik, dan pekerjaan finishing, tanggung jawab keberadaan peralatan diserahkan pada Kontraktor.
11.  Mempersiapkan Jalan
Mempersiapkan jalan masuk sementara untuk angkutan bahan dan peralatan konstruksi ke lokasi proyek, bertujuan demi kelancaran pembangunan proyek. Dan untuk sirkulasi keluar masuk kendaraan proyek yaitu dengan masuk dan keluar kendaraan dengan melalui pintu yang sama dan dengan berputar mengelilingi lokasi proyek. Hal tersebut dibuat sedemikian agar pengontrolan mudah dilakukan dan tidak terjadi adanya barang yang hilang atau tidak diturunkan dari kendaraan pengangkutnya. 
12.  Penyediaan P3K
Menyediakan kotak P3K dan alat pemadam kebakaran serta perlengkapannya, untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja selama berlangsungnya pekerjaan.
13.  Mengurus Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Pihak Pelaksana harus mengurus surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang harus sudah didapat sebelum pekerjaan pembangunan dimulai di Kantor Pemukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) Malang. Hal ini untuk menunjang program pemerintah dalam pengembangan tata kota dan pemekaran wilayah.
14.  Pengadaan Air Kerja
Untuk Pengadaan air kerja yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat menggunakan air PDAM yang sudah ada, Kontraktor harus memintak ijin terlebih dahulu kepada pemilik proyek untuk dapat mempergunakan/ menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran air sendiri guna memperhitungkan pembayarannya.

B.     Site Installation                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              
Site Instalation adalah pekerjaan lanjutan untuk menentukan dan melakukan cara pengaturan penempatan bangunan-bangunan sementara maupun penempatan material bangunan  yang diperlukan dalam pelaksanaan pengerjaan bangunan.  Site instalation direncanakan sedemikian rupa sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.  Selain itu dapat menunjang kelancaran sirkulasi pekerja dan bahan material bangunan yang keluar masuk. Jenis dan macamnya bangunan sementara yang direncanakan tergantung dari besar kecilnya volume proyek dan juga sifat dari pekerjaan itu sendiri. Seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Site Instalation
Fasilitas-fasilitas sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :
1.      Direksi Keet
Direksi keet adalah tempat untuk mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan pelaksanaan, menyangkut tentang kegiatan rapat periodik, pembuatan laporan pada setiap item pekerjaan, penembatan peralatan, gambar serta dokumen proyek, serta penerimaan tamu dari luar. Ruang
direksi keet dilengkapi dengan alat-alat tulis termasuk pula meja kursi dan almari arsip. Pada ruangan dipasang gambar kerja (bestek) secara rapi dan berita acara aanwizing dalam keadaan baik dan dapat dibaca setiap saat pada waktu pelaksanaan pekerjaan. Penempatan direksi keet dapat dilihat pada gambar lay out perletakan. Perletakan ini disesuaikan dengan kebutuhan yang komplek terhadap ruangan ini, menyangkut pelaksanaan pekerjaan, baik pekerjanya sendiri, pelaksana harian dan juga tamu.
Direksi keet terbuat dari dinding multiplek dengan tebal 6 mm, rangka kayu meranti 5/7, lantai semen, atap seng BJLS 20 dan jendela naco.
Ukurannya      :  Panjang 5 m, Lebar 3 m.
Luas                :  15 m2
Gambar 2.4 Konstruksi Direksi Keet
2.      Barak Pekerja
Adalah tempat pekerja untuk melaksanakan aktifitas pekerjaan pembuatan bahan atau pekerjaan penulangan (pemotongan dan pembengkokan tulangan) dan juga pekerjaan kayu agar terhindar dari panas dan hujan. Penempatan dan pendirian bengkel kerja harus dirundingkan terlebih dahulu dengan pemilik proyek. Barak kerja terdiri atas bengkel kerja kayu dan bengkel kerja pembesian. terbuat dari rangka kayu meranti 6/12 dan 5/7 , terbuka (tanpa dinding tanpa lantai (alas tanah dasar) , atap seng BJLS 20. Penempatan barak kerja sesuai pada gambar lay out dengan mempertimbangkan sirkulasi keluar masuk baik material maupun pekerja.
Barak kerja terbuat dari dinding multiplek dengan tebal 6 mm, rangka kayu meranti 5/7, lantai semen, atap seng BJLS 20 dan jendela naco
Ukurannya      :  Panjang 8 m, Lebar 3 m.
Luas                :  24 m2
Gambar 2.5 Konstruksi Barak Kerja


3.      Gudang Material
Gudang Material adalah tempat untuk menyimpan beberapa material bangunan yang memerlukan perlindungan ditempat khusus dari kelembaban udara seperti semen, kapur, bahan finishing juga peralatan kerja sederhana, bahan elektrikal dan plumbing serta bahan lain yang terkait dengan pelaksanaan. Gudang terbuat dari dinding seng  BJLS 20, rangka kayu meranti 6/12 dan kasau 5/7, atap seng BJLS 20 dengan dilengkapi pintu pengaman dan bantalan material dari multiplek 6 mm dan kayu 6/12. Gudang penyimpanan memiliki lantai kuat dibuat dari pasangan rabat bata tebal 10 cm. Ketinggian penyimpanan material 30 cm dari lantai, dengan ketinggian tumpukan semen atau material lain kurang dari 2 m. Posisi perletakan material diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan tanggal penerimaan serta disediakan penjaga untuk mengawasi dan mencatat aktifitas di gudang. Penempatan gudang material disesuaikan dengan kebutuhan sirkulasi keluar masuk barang yang ada diproyek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar lay out Site Instalation
Ukurannya      : panjang 8 m, lebar 4 m.
 
Luas                : 32 m2






Gambar 2.6 Gudang Material Bangunan
4.      Kamar Mandi /WC
Adalah tempat pekerja untuk mandi, mencuci dan kakus terbuat dari rangka kayu meranti 5/7, dinding pasangan bata setinggi 2 m, atap seng BJLS 20, lantai semen, terdapat pintu lebar 70 cm. Penempatan agak jauh dari gudang, barak pekerja. Pengambilan air melalui saluran air kerja yang sudah ada melalui penyambungan pipa sanitasi, pembuangan dibuat sementara. Lokasi penempatan sebagaimana dalam gambar lay out
Ukurannya      : Panjang 4 m, Lebar 3 m.
Luas                : 12 m2
5.      Pos Penjagaan
Adalah tempat petugas keamanan atau satpam untuk menjaga keamanan pelaksanaan proyek. Mengontrol aktifitas keluar masuk baik pekerja, pelaksana harian, supplier material maupun tamu dari luar. Juga membantu mengontrol kualitas dan kuantitas bahan yang didatangkan, pos penjagaan terbuat dari tiang kayu meranti 5/7, dinding pasangan bata setinggi 2 m dan atap seng BJLS 20.
Ukurannya      : panjang 3 m, lebar 2 m.
Luas                : 6 m2

C.    Metode Konstruksi

Metode Konstruksi adalah cara atau metode teknis yang diterapkan didalam pelaksanaan pekerjaan proyek, dengan tujuan  agar pelaksanaan pekerjaan bisa berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan
Dalam kaitan mengenai metode kontruksi, pada bagian ini akan dijelaskan  metode konstruksi yang akan dipakai pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Pertokoan Dua Lantai, yakni pada struktur bangunan bagian atas (Upper Structure) yang akan membahas antara lain pengecekan, pekerjaan kolom, balok dan plat. Berikut ini akan dibahas mengenai pelaksanaan Proyek Pembangunan Pertokoan Dua Lantai.

1.      Metode Pekerjaan Pondasi
Pondasi yang digunakan untuk menyangga bangunan pertokoan dua lantai ini adalah pondasi telapak. Pondasi jenis ini dipilih karena bangunan direncanakan dibangun di kota Malang yang mana pada umumnya memiliki kondisi tanah yang stabil.
a.       Metode konstruksi yang digunakan dalam pekerjaan pondasi telapak adalah:
1.      Pengukuran
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, dilaksanakan pekerjaan pengukuran terlebih dahulu untuk menentukan titik-titik as pondasi sesuai dengan gambar rencana. Melalui titik-titik yang sudah ada pada bowplank, diberi cat merah dan paku dengan jarak/ dilebihi 1cm tujuannya untuk menaruh benang. Setelah itu ambil unting-unting jatuhkan ketanah sebagai titik pindah as pondasi. Dari titik tersebut baru diukur galian pondasi baru diadakan penggalian pondasi.
2.      Penggalian
Pekerjaan galian pondasi telapak dilakukan dengan menggunakan cara manual. Kedalaman pekerjaan galian pondasi telapak dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan kondisi lapangan (sesuai daya dukung tanah yang disyaratkan dalam RKS). Jika tinggi MAT  tertinggi melebihi dasar pondasi, maka dalam pelaksanaan pemasangan pondasi diadakan pengeringan air dengan cara dipompa.
3.      Pembuatan Lantai Kerja
Sebelum dilakukan pembuatan lantai kerja, terlebih dahulu dilakukan perbaikan tanah dengan cara mengurug tanah dengan pasir setebal 15-20 cm. Pasir disiram dengan air sampai kondisi pasir jenuh untuk mendapatkan hasil yang baik. Air yang meresap kebawah membangkitkan daya hisap pada lapisan tanah. Bilamana terjadi lekukan-lekukan pada permukaan tanah harus ditambah pasir lalu disiram lagi. Ini dilakukan terus sampai diperoleh permukaan pasir yang datar. Setelah diperoleh lapisan dasar yang padat dilakukan pengecoran untuk lantai kerja. Lantai kerja terbuat dari beton tumbuk dengan perbandingan 1 : 3 : 5, dengan tebal 5 cm. Fungsi lantai kerja adalah untuk mempermudah pekerjaan agar pada waktu pemasangan pembesian, besi tidak kotor dan diperoleh permukaan dasar yang rata.
4.      Pemasangan Bekisting
Bekesting baru dipasang setelah lantai kerja mongering. Bentuk dan ukuran bekesting pondasi disesuaikan dengan gambar rencana. Pemasangan bekesting dilakukan keliling pondasi.
5.      Pemasangan Tulangan
Pembuatan tulangan dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang terdapat pada gambar kerja. Kegiatan ini dilaksanakan di bengkel kerja, sebelum kegiatan pengecoran dilakukan. Rangkaian tulangan baja yang telah selesai dibuat dapat dipasang ke dalam bekesting sesuai dengan gambar rencana. Perangkaian tulangan dimulai dengan perangkaian tulangan pondasi kemudian langsung dilanjutkan dengan tulangan kolom
6.      Pengecoran Beton
Pengecoran beton dilakukan dengan mutu fc’ = 25 Mpa. Beton yang dipakai adalah beton siap pakai ready mix, untuk mendapatkan mutu beton sesuai dengan perencanaan. Agar hasil dapat dipertanggung jawabkan sebelum pengecoran diambil beebrapa sampel untuk diuji mutunya. Untuk memperoleh hasil yang baik, beton ini dipadatkan dengan alat penggetar yang disebut juga vibrator.
7.      Pelepasan Bekisting
Setelah pengecoran berumur sehari dilakukan penyiraman pada lantai pondasi atau digenang air untuk menambah pengikatan pada beton. Apabila dinilai beton sudah mencapai kekuatan yang cukup, maka bekesting dapat dilepas setelah mendapat persetujuan dari dewan direksi.
b.      Pasangan Pondasi Batu Kali
1.      Pasangan pondasi batu kali berfungsi untuk pendukung tembok dan kopel (landasan kopel) dengan campuran 1 : 4 atau 1 : 2 : 3 atau jika untuk kedap air dibuat 1 : 1 : 1. Sebelum pasangan batu kali terdapat astampeng, adapun bahan dari astampeng yaitu batu kali yang besar, dipasang berdiri dengan posisi yang lancip berada di bawah. Dimaksudkan agar bisa menancap ke tanah (mengurangi gaya geser pasir), kemudian diurug dengan pasir urug. Untuk mencapai kepadatan pasir urug terhadap pasangan batu astampeng maka harus dilakukan penggenangan air agar pasir urug bisa masuk ke celah-celah susunn batu dengan sempurna.
2.      Pemasangan sloof, kopel, kolom praktis
Fungsi sloof untuk meratakan baban dari atas ke pondasi dengan tulangan pokok 4 D 8 dengan sengkang D 8 – 100 mm. Setelah pemasangan bekesting dilanjutkan  perangkaian tulangan sloof dan rangkaian tulangan kolom praktis terakhir pengecoran.kolom praktis berfungsi sebagai pengaku pasangan tembok ½ batu dengan ketentuan setiap luasan tembok mak≥12m. Jarak antara tulangan dan bekesting 1,5 cm.

2.      Metode Pekerjaan Kolom
Untuk pelaksanaan pekerjaan kolom tidak harus menunggu bekesting pondasi dilepas. Kolom yang digunakan dalam konstruksi bangunan Gudang Beras Dua Lantai. Ukuran kolom yang digunakan adalah kolom 40/60 dengan tulangan pokok 8 D 25 mm dan tulangan sengkang D 8 – 300 mm.
Metode kontruksi yang digunakan dalam pekerjaan kolom adalah:
a.       Pemasangan tulangan
Penulangan kolom dirangkai menjadi satu dengan penulangan pondsai telapak. Perangkaian tulangan kolom dilakukan di lokasi pemasangan yaitu dirangkai ditempat yang akan dilakukan pengecoran.
Dilakukan sedikitnya dua orang tukang besi untuk satu sub pekerjaan pembesian. Satu sebagai pemotong yang lain sebagai pemasok besi-besi yang akan dipotong.
Di dalam pelaksanaan pekerjaan penulangan, mandor atau tukang harus mengikuti shop drawing yang telah dibuat, khususnya pada ukuran panjang potongan dan dimensi pembengkokan tulangan pokok dan sengkang. Proses penulangan diawali dengan pemilihan jenis dan dimensi tulangan yang akan dipakai, pengukuran panjang kebutuhan tulangan, pemotongan dan pembengkokan tulangan. Agar tidak tumpang tindih dalam pelaksanaan, pekerjaan penulangan sengkang dan tulangan pokok dilakukan bergantian atau dikerjakan tukang yang berbeda-beda.
b.      Pemasangan Bekesting
Setelah tulangan terangkai sesuai dengan gambar kerja, maka dilakukan pemasangan bekesting. Bekesting yang terpasang harus tegak lurus terhadap lantai karena akan sangat mempengaruhi hasil pengecoran yang akan dilakukan.



 








c.         Pengecoran
Pengecoran dilakukan setelah semua bekesting dan tulangan kolom terangkai. Beton yang digunakan adalah beton siap pakai dengan mutu beton  fc’ =  25 Mpa. Penuangan beton harus dikerjakan dengan cepat dan diusahakan tidak terjadi penghentian sebelum pengecoran selesai. Karena pengecoran menggunakan beton ready mix, maka waktu suplai harus diperhatikan karena berkaitan dengan umur beton tersebut. Dimana pada umur 4 jam beton sudah tidak dapat dipakai untuk membuat struktur. Hal ini disebabkan pada umur tersebut beton sudah mulai mengeras, sehingga apabila dituangkan kedalam cetakan akan menghasilkan beton yang tidak standar. Untuk itu perlu dilakukan uji slump agar diketahui kekentalan dari beton yang akan digunakan. Pengecoran kolom dilakukan sampai muka tanah.
d.      Perawatan
Ketika beton mulai terjadi pengikatan, perlu dilakukan perawatan. Perawatan beton ini berfungsi untuk : (1) menghindari kehilangan zat cair yang banyak pada jam – jam awal  dari pengerasan, (2) menghindari banyaknya penguapan air dari beton pengerasan hari pertama, dan (3) menghindari perbedaan temperatur dalam beton yang dapat mengakibatkan keretakan pada beton.
Perawatan beton dilakukan dengan cara penyiraman permukaan beton dengan air selama 3 x 24 jam berturut-turut.
e.       Pembongkaran Bekesting
Pembongkaran bekesting dilakukan apabila beton dinilai sudah mencapai kekuatan yang maksimal yaitu 28 hari. Bekesting dapat dilepas setelah mendapat persetujuan dari dewan direksi. Jika semua sudah selesai maka diadakan pengurugan tanah dengan pemadatan tiap 30 cm.

3.      Metode Pekerjaan Balok
Balok yang digunakan dalam konstruksi bangunan Gudang Beras Dua Lantai ini adalah balok dari beton bertulang. Ukuran balok induk yang dikerjakan adalah 35/60 dengan tulangan pokok 4 D20 mm dan tulangan sengkang D 10 -200 mm, sedangkan balok anak yang dikerjakan berukuran 25/30 dengan tulangan pokok 5 D 16 dan tulangan sengkang D 8 – 200 mm.
Metode kontruksi yang digunakan dalam pkerjaan balok adalah
a.       Pengukuran
Langkah pertama yang dilakukan dalam pekerjaan balok ini adalah pengukuran untuk menentukan posisi rel–rel yang akan digunakan sebagai patokan pemasangan perancah–perancah balok dan bekesting balok.
b.      Pemasangan Bekesting
Setelah semua rel yang dibutuhkan sudah terpasang, maka dilakukan pemasangan perancah–perancah bekesting. Perancah untuk bekesting menggunakan kayu meranti 5/7 dengan jarak antar tiang perancah 50 cm, sedangkan bekesting balok menggunakan papan kayu 2/20.



 












c.       Pemasangan Tulangan
Setelah bekesting balok dan plat terpasang, maka pemasangan tulangan balok dapat dilaksanakan. Pembentukan tulangan balok dilakukan di bengkel kerja dengan pengawasan mandor besi. Perangkaian tulangan balok dilakukan diatas bekesting balok terlebih dahulu. Setelah seluruh tulangan balok dalam satu lantai, baru dilakukan penurunan atau penyetelan tulangan.
d.      Pengecoran
Pengecoran dilakukan setelah semua bekesting dan tulangan balok dan palat terangkai. Beton yang digunakan adalah beton siap pakai atau ready mix dengan mutu beton fc’= 25 Mpa. Penuangan beton harus dikerjakan dengan cepat dan diusahakan tidak terjadi penghentian sebelum pengecoran selasai. Karena pengecoran menggunakan beton ready mix, maka waktu suplay harus diperhatikan karena berkaitan dengan umur beton tersebut. Dimana pada umur 4 jam beton sudah tidak dapat dipakai untuk membuat struktur. Hal ini disebabkan pada umur tersebut beton sudah mulai mengeras sehingga apabila dituangkan ke dalam cetakan akan menghasilkan beton yang tidak standar. Untuk itu perlu dilakukan uji slump agar diketahui kekentalan dari beton yang akan digunakan.
e.       Perawatan
Ketika beton mulai terjadi pengikatan, perlu dilakukan perawatan yang berfungsi sebagai: (1) menghindari kehilangan zat cair yang banyak pada jam – jam awal dari pengerasan, (2) menghindari banyaknya penguapan air dari beton pengerasan hari pertama, dan (3) menghindari perbedaan temperatur dalam beton yang dapat mengakibatkan keretakan pada beton.
Perawatan beton dilakukan dengan cara penyiraman permukaan beton dengan air selama 3 x 24 jam berturut – turut.
f.       Pembongkaran Bekesting
Pembongkaran bekesting dilakukan apabila beton dinilai sudah mencapai kekuatan yang maksimal yaitu 28 hari. Bekesting dapat dilepas setelah mendapat persetujuan dari dewan direksi.

4.      Metode Pekerjaan Pelat
Pelat yang digunakan dalam kontruksi bangunan gudang ini adalah pelat dari beton. Ukuran tebal pelat yang digunakan adalah 12 cm.
Metode konstruksi yang digunakan dalam pekerjaan pelat adalah:
a.       Pengukuran
Langkah pertama yang dilakukan dalam pekerjaan pelat ini adalah pengukuran untuk menentukan posisi cetakan dan acuan untuk pelat lantai.
b.      Pemasangan bekesting
Setelah semua pengukuran selesai, maka dilakukan pemasangan perancah – perancah bekesting pelat. Penyangga untuk beketing pelat menggunakan kayu meranti ukuran 5/7. untuk papan dengan tebal 2/20.
c.       Pemasangan tulangan
Pemasangan tulangan pelat dapat dilaksanakan setelah penulangan balok selesai. Pembentukan tulangan pelat dilakukan diatas lokasi yang akan dicor dengan pengawasan mandor besi. Setelah seluruh tulangan pelat dalam satu lantai terangkai, baru dilakukan penyetelan tulangan. 
d.      Pengecoran
Pengecoran dilakukan setelah semua bekisting dan tulangan balok dan plat terangkai. Beton yang digunakan adalah beton siap pakai atau ready mix dengan mutu beton fc’ = 25 Mpa. Penuangan beton harus dikerjakan dengan cepat dan diusahakan tidak terjadi penghentian sebelum pengecoran selesai. Karena pengecoran menggunakan beton ready mix, maka waktu suplai harus diperhatikan karena berkaitan dengan umur beton tersebut. Dimana pada umur 4 jam beton sudah tidak dapat dipakai lagi untuk membuat sruktur. Hal ini disebabkan pada umur tersebut beton sudah mulai mengeras sehingga apabila dituangkan ke dalam cetakan akan menghasilkan beton yang tidak standart. Untuk itu perlu dilakukan uji slump agar diketahui kekentalan dari beton yang akan digunakan. Dan untuk proses pemadatan dilakukan dengan alat vibrator.
e.       Perawatan 
Supaya diperoleh beton yang berkualitas baik dan agar mendapatkan pengerasan yang optimal maka dilakukan perawatan, perawatan dilakukan dengan cara menutupi permukaan dengan goni basah dan menggenangi pelat dengan air bersih pada kondisi cuaca panas.
Apabila terdapat rongga akibat proses pemadatan kurang rata maka pat dilakukan segera dengan menambal atau menambahi beton dengan adukan beton yang memiliki mutu yang sama untuk menghindari korosi pada tulangan beton. Perawatan beton ini dilakukan dengan tujuan umtuk mencegah terjadinya kerusakan pada beton setelah penuangan, nenghindari dari retakan pada beton akibat pengaruh uhu, kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton jam – jam awal, dan juga menghindari adanya penguapan air semen yang dapat mengurangi kekuatan beton.
f.       Pembongkaran bekesting
Pembongkaran bekesting dilakukan apabila beton pada bagian yang telah dicor telah mencapai kekuatan cukup kuat untuk memikul berat sendiri dan beban yang bekerja membebani beton tersebut. Pembongkaran bekesting dapat dilakukan setelah beton berumur kurang lebih 3 minggu, seetlah dilihat mampu menahan beban yang bekerja pada bagian konstruksi ini malampaui 50% dari beban rencana total. Bekestimg dapat dilepas setelah mendapat persetujuan dari Dewan Direksi.

5.      Metode Pekerjaan Kuda – kuda
                 

Kontruksi kuda – kuda baja ini memiliki tipe singel beam yang terbuat dari struktur baja dengan mutu baja fy = 360 Mpa. Secara garis besar pekerjaan untuk kuda – kuda baja ini antara lain: (a) persiapan material dasar, (b) fabrikasi  baja dan (c) penyetelan dan pemasangan. Dan penjabaran dari tahapan pelaksanaan tersebut adalah:


a.       Persiapan Material Dasar
Pekerjaan awal yang harus dilakukan adalah membuat gambar – gambar kerja yang merupakan penjabaran dan penjelasan lebih rinci berdasarkan gambar – gambar rencana dan spesifikasi. Gambar ini harus dilengkapi dengan detail dan daftar – daftar yang teliti sehingga akan memudahkan proses pemesanan dan pelaksanaan pekerjaan kontruksi baja. Pengelompokan material – material dasar (profil, baut, dan lain – lain) berdasarkan tata mutu jenis baja maupun bentuk profil secara sistematis untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Semua plat dan batang baja harus diperiksa kerataan dan kelurusannya, bebas dari puntiran , sehingga apabila dilakukan perakitan akan rapat.
b.      Fabrikasi Baja
Pekerjaan fabrikasi dilakukan dilapangan dengan mendatangkan peralatan yang dibutuhkan, untuk menunjang terlaksananya pekerjaan antara lain: mesin las, alat pemotong, cutter wheel, gerinda, dan lain sebagainya. Disamping itu juga memerlukan peralatan berat yaitu keran yang menetap atau overhead crane/tripot. Serta menggunakan skafolding yang terbuat dari profil I yang pada bagian alas diberi pelat baja. Dilanjutkan dengan pembuatan pola atau maal pengukuran dan peralatan yang dibutuhkan untuk menjamin ketelitian dan memudahkan pelaksanaan, yang harus disediakan oleh pihak kontraktor. Dan untuk semua pekerjaan pengukuran harus menggunakan pita baja. Kemudian untuk pekerjaan pemotongan dan perangkaian disesuaikan dengan gambar kerja yang ada. Pemotongan baja dapat dilakukan dengan cara menggunting, menggergaji, atau menggunakan las pemotong. Permukaan baja akibat pemotongan harus diselesaikan  dengan siku terhadap bidangnya, tepat dan rata menurut ukurannya. Selanjutnya untuk penempatan lubang sebagai tempat alat sambung yang diperlukan dengan jumlah dan ukuran sesuai dengan gambar rencana.
c.       Penyetelan dan Pemasangan
Pelaksanaan pekerjaan harus bertarap kelas satu, hasilnya harus bermutu baik dimana setiap pekerjaan harus bebas dari puntiran, tekukan dan hubungan terbuka.
Setelah itu semua bagian komponen kuda – kuda dinaikkan satu persatu untuk dipasang di atas kolom portal. Untuk pekerjaan pengangkatan kuda – kuda digunakan peralatan overhead crane yang berkaki tiga dan kontruksi skafolding yang terlebih dahulu dibuat yang berfungsi untuk menopang bagian kontruksi kuda – kuda yang baru saja dinaikkan sebelum dirangkaikan dengan bagian yang lainnya.
Proses pengangkatan kuda – kuda adalah satu sisi bagian kapstang terlebih dahulu dan dinaikkan dengan tripor crane, kemudian pada salah satu ujungnya disanggah dengan menggunakan scaffolding yang diletakkan ditengah bentang dengan sisi yang lainnya, dipasangkan pada sisi pelat kaki kolom. Kemudian disusul dengan sisi yang lainnya, titik angkat kuda – kuda harus diperhatikan dititik yang paling lemah/kecil tegangannya.
Pemasangan baut dilakukan sesuai dengan lubang yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Dan untuk bautnya adalah baut hitam yang memiliki kekuatan minimal sama dengan kekuatan baja yang digunakan. Pekerjaan untuk pengelasan baja dilakukan oleh tenaga ahli bidangnya. Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik pada alas listrik serta busur las listrik pada alas listrik harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik yang bersangkutan sehingga mutu las minimum harus sama dengan mutu profil yang digunakan. Segera setelah terangkai semua baut harus dikencangkan dan segera harus dipasang gording, trekstang dan ikatan angina untuk menjaga stabilitas kontruksi.